MANAJEMEN KELOMPOK
KELOMPOK:
Sekumpulan individu yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang saling berinteraksi baik melalui tatap muka maupun tidak, yang di dalamnya terdapat pembagian tugas/peranan, struktur dan norma-norma tertentu, saling ketergantungan dan menganggap diri mereka suatu kesatuan, dalam jangka waktu yang cukup panjang, untuk mencapai tujuan bersama.
CIRI-CIRI KARAKTERISTIK KELOMPOK
- Membentuk satu kesatuan.Kumpulan yang terdiri dari 2 orang atau lebih.
- Saling berinteraksi.
- Adanya pembagian tugas/peranan.
- Adanya struktur.
- Adanya norma-norma/aturan-aturan tertentu.
- Saling ketergantungan.
- Dalam jangka waktu cukup panjang.
- Adanya upaya mencapai tujuan bersama.
JENIS KELOMPOK
- BERDASARKAN KETERHUBUNGANNYA
- Kelompok Primer (Primary Group)
Yaitu kelompok yang anggota-anggotanya sering bertatap muka dan saling mengenal secara akrab, serta bersifat kekeluargaan.
Misalnya: Keluarga, RT/RW, Arisan, Kelompok Keagamaan - Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Yaitu kelompok yang tingkat keterhubungannya sering bersifat tak langsung, berjauhan, dan formil.
Misalnya : Parpol, Organisasi Kedinasan (KORPRI, PGRI, dan sejenisnya).
- ` BERDASARKAN STRUKTURNYA
- Kelompok Formal
Misalnya: Parpol, Lembaga Pemerintah, Organisasi Kedinasan.
- Kelompok Informal
Misalnya : Keluarga, Arisan, Kelompok Keagamaan.
- BERDASARKAN FUNGSINYA
- Kelompok Tugas (Task Group)
Misalnya: Satpam, Hansip, Tim SAR.
- Kelompok Sosial(Social Group)
Misalnya: Arisan, Kelompok hobby.
- BERDASARKAN INTERAKSINYA
- Kelompok Interaksi (Interacting Group)
Misalnya: Kesebelasan Sepak Bola, Regu Bola Voli, Tim Dayung.
- Kelompok Tindakan Bersama (Co-acting Group)
Misalnya: Tim Bulu Tangkis, Tim Tinju, Tim Tenis Meja.
Kelompok Bersaing (Counter Acting Group)
Yaitu kelompok di mana anggotanya saling melawan dan saling mengalahkan.
Misalnya: Kelompok Simulasi, Kelompok Diskusi
- PENGORGANISASIAN KELOMPOK
- Identifikasi fungsi, personalia, dan sarpras pendukung pencapaian tujuan.
- Penyusunan struktur - kelompok dibagi menjadi bagian- bagian dan membentuk pola-pola hubungan antar bagian tersebut.
- Pembagian kerja/tugas, wewenang, delegasi wewenang, tanggungjawab dan sistem pelaporan.
- KELOMPOK YANG EFEKTIF
- Tujuan : jelas, sesuai kebutuhan, disusun bersama, dan dapat dicapai.
- Komunikasi berjalan baik dan dua arah.
- Hubungan antar pribadi yang kuat diantara anggota.
- Partisipasi dan kepemimpinan terbagi ke semua anggota.
- Konflik dibangkitkan dan dikelola secara konstruktif.
- Kohesitas kelompok tinggi.
- Sintalitas kelompok tinggi.
- Produktivitas tinggi.
- Proses pengambilan keputusan tepat dan fleksibel.
- Pemecahan masalah dapat dilakukan secara tepat.
Strategi Kura-Kura sering pula disebut dengan Strategi Menarik Diri. Kura-kura akan memasukkan kepala ke dalam batoknya jika menemui lawan. Artinya, manajemen kelompok yang menggunakan strategi kura-kura adalah manajemen yang berusaha menghindari konflik. Ia akan berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan konflik. Ia tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengatasi konflik, ia merasa tak berdaya. Manajemen kelompok jenis ini berprinsip bahwa lebih baik menghindari konflik daripada menghadapinya.
Strategi Hiu
Strategi Hiu sering pula disebut dengan Strategi Memaksa. Hiu akan selalu memangsa lawannya dengan cara memaksa. Manajemen kelompok yang menggunakan strategi hiu kura-kura adalah manajemen yang berusaha memaksa anggota untuk menyetujui pemecahan konflik yang diusulkannya. Manajemen jenis ini menganggap bahwa tujuan lebih penting daripada hubungan dengan anggota. Dia tidak peduli dengan kebutuhan anggota. Ia ingin menjadi pemenang. Kemenangan memberikan rasa bangga dan berprestasi. Ia berusaha mencapai tujuan dengan segala cara. Ia berusaha mencapai kemenangan dengan cara memaksa, menyerang, unjuk kekuatan, dan mengintimidasi anggota.
Strategi Beruang Teddi
Strategi Beruang Teddi sering pula disebut dengan Strategi Memperlancar. Beruang Teddi sering dilambangkan sebagai persahabatan. Manajemen kelompok yang menggunakan strategi beruang teddi adalah manajemen yang lebih mementingkan hubungan antar anggota, tujuan pribadi atau kelompoknya sendiri kurang dipentingkan. Ia ingin diterima dan disukai anggota. Ia beranggapan konflik harus dihindari sehingga hubungan antar anggota tetap harmonis. Ia beranggapan bahwa konflik pasti merusak hubungan. Ia rela tujuan tak tercapai asal hubungan tetap baik.
Strategi Serigala
Strategi Serigala sering pula disebut dengan Strategi Kompromi. Serigala seringkali bersifat moderat atas tujuan-tujuan mereka dan hubungannya dengan yang lain. Manajemen kelompok yang menggunakan strategi serigala adalah manajemen yang berupaya menawarkan kompromi. Ia meminta pihak yang berkonflik saling merelakan sebagian tujuannya. Ia berupaya mencari jalan keluar yang menguntungkan kedua belah pihak (win-win solution). Ia rela mengorbankan tujuan dan hubungan untuk mencapai kesepakatan bersama.
Strategi Burung Hantu
Strategi Burung Hantu sering pula disebut dengan Strategi Konfrontasi. Manajemen kelompok yang menggunakan strategi burung hantu adalah manajemen yang memandang konflik sebagai hal yang tidak boleh dihindari dan dan harus dihadapi/dipecahkan. Ia memandang pemecahan konflik sebagai hal positif yang dapat meningkatkan hubungan antar anggota. Ia selalu berupaya membahas masalah yang menjadi sumber konflik. Tujuan dan hubungan harus dicapai secara bersamaan. Tujuan sendiri dan pihak lain harus dapat dicapai tanpa pengurangan. Ia tidak puas sebelum mampu memecahkan konflik. Ia juga tidak puas sebelum ketegangan dan perasaan negatif sepenuhnya dapat dihilangkan.
MENGELOLA KONFLIK 2
Kompetitor:
Gaya ini berorientasi kekuatan dan mendekati konflik dengan strategi kalah-menang. Sisi negatif gaya ini, manajemen bisa menekan, mengintimidasi, atau memaksa. Sisi positifnya, gaya ini diperlukan jika kita dituntut bertindak cepat dan pasti, atau ketika kita harus melaksanakan cara bertindak yang penting tetapi tidak populer. Gaya ini hanya dapat dilakukan jika kita benar-benar yakin bahwa kita benar.
Akomodator
Gaya ini lebih mementingkan kerjasama atau musyawarah dan berupaya memecahkan konflik tanpa menimbulkan konflik baru. Gaya ini dipentingkan jika membutuhkan keharmonisan dan kestabilan kelompok dengan berupaya mengakomodasikan semua kepentingan. Gaya ini hanya cocok di dalam kelompok yang para anggotanya dapat saling menerima pandangan dan kepentingan pihak lain.
Kompromis
Gaya ini mengutamakan pencapaian tujuan dan mengabaikan prinsip, mengejar pemecahan konflik jangka pendek dan mengabaikan tujuan jangka panjang. Gaya ini menghasilkan pihak yang berkonflik sama-sama menang atau sama-samaka kalah. Gaya ini cocok bila di dalam kelompok terdapat pihak yang sama-sama kuat dan berpengaruh.
Penghindar
Gaya ini kurang ada artinya sebagai cara mengelola konflik. Gaya ini berupaya menghindarkan konflik dengan posisi netral. Dia sengaja mengendapkan konflik. Daya penghindar berusaha cuci tangan dari konflik anggota dan bersikap “bersama dalam perbedaan”.
Kolaborator
Gaya ini berada di tengah-tengah antara pemaksaan dan kerjasama. Gaya ini berupaya mengubah konflik menjadi situasi pemecahan masalah. Seringkali penerimaan ide pemecahan masalah melalui paksaan tetapi di dalam implementasinya memerlukan kerjasama anggota
KOHESITAS KELOMPOK
Kekuatan yang menyebabkan seseorang mempertahankan keanggotaannya dalam kelompok.
CARA MENINGKATKAN KOHESITAS KELOMPOK
Membentuk kerjasama kelompok.
Memperhatikan kebutuhan pribadi anggota.
Memelihara tingkat kepercayaan.
Menyosialisasikan norma/aturan kelompok.
SINTALITAS KELOMPOK
Pengaruh yang ditimbulkan oleh kelompok terhadap individu/anggota, kelompok lain ataupun lingkungan.
Cara Meningkatkan Sintalitas Kelompok :
Sinergitas seluruh kekuatan individu/anggota menjadi kekuatan kelompok.
KELOMPOK YANG PRODUKTIF
Harus diciptakan:
Saling ketergantungan positif
Interaksi tatap muka
Tanggungjawab individual
Keterampilan kelompok
Proses kelompok
GAYA/CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Suara bulat
Musyawarah mufakat
Dukungan mayoritas
Dukungan minoritas
Pembeoan
Penghindaran masalah
Kebijakan satu orang
Tak acuh
PEMECAHAN MASALAH DALAM KELOMPOK
Menurut Sayers (1984): Model Lima Langkah
Pemusatan perhatian pada masalah
Pencarian alternatif-alternatif
Perencanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan
Penilaian terhadap hasil
PEMECAHAN MASALAH DALAM KELOMPOK
Menurut Kadarmo (1998): Model 9 Langkah
(1) Identifikasi Masalah
(2) Analisis Masalah-Masalah
(3) Perumusan Masalah
(4) Analisis Masalah
(5) Analisis Alternatif Pemecahan Masalah
(6) Pemilihan Alternatif Pemecahan Masalah
(7) Keputusan Pilihan Pemecahan Masalah
(8) Rencana Pelaksanaan
(9) Menjamin Sukses Pelaksanaan
No comments:
Post a Comment